Belenggu Budaya Lama Pekerja serta Langkah Mahasiswa Menyikapinya

ILUSTRASI. (Foto: PMII Komisariat Metro Ubhara Surabaya/Pribadi).

Oleh : Chandra (Kader PMII Komisariat Metro Ubhara Surabaya)

OPINI, PMII SURABAYA - Perubahan dunia industri telah terjadi di Era Revolusi Industri pada tahun antara 1760-1850, di mana perubahan itu berhasil memberikan dampak dalam berbagai aspek terutama teknologi maupun manufaktur, banyak negara-negara maju maupun berkembang yang tak luput terkena angin perubahan di Era Revolusi Industri waktu itu. Terkait perubahan itu menguntungkan bagi para kapitalis juga negara tentunya. Di Era 5.0 saat ini pemerintah juga dengan gamblang menyuarakan untuk menarik minat investor-investor asing ke tanah air dengan suguhan akses yang mudah maupun meringankan pajak korporasi yang rendah dan sebagainya, regulasi sedemikian rupa jelas guna banyak pemilik modal terutama asing akan jelas melihat adanya celah keuntungan laba yang besar bilamana mereka berinvestasi di negara ini.

Investasi artinya dibukanya lahan baru perusahaan maupun pabrik yang pada gilirannya akan lebih banyak tangan yang diperlukan untuk bekerja, lebih banyak bekerja lebih banyak uang di kantong rakyat yang berarti konsumsi domestik meningkat, permintaan barang pun meningkat, order bagi pedagang dan produsen pun lebih banyak, bisnis-bisnis yang menjamur maupun infrastruktur yang terbangun semua ini meningkatkan kapasitas dan efisiensi produksi bangsa yang secara tidak langsung menjadi magnet untuk investasi lebih lanjut, pemasukan negara naik, belanja negara untuk kesehatan maupun pendidikan dan sebagainya meningkat pula yang memberikan dampak sumber daya manusia lebih baik ke depan.

Kendati demikian, masifnya problem-problem yang menimpa dunia pekerja (buruh) yang tanpa banyak orang tahu, di antaranya banyaknya keresahan-keresahan yang dikeluhkan oleh buruh antara lain jam kerja yang tak beraturan, upah yang tak sesuai jam kerja, pungli, diskriminasi terhadap pekerja yang baru, pemberian gaji yang tak sesuai dengan kesepakatan awal oleh kedua belah pihak, perlindungan hak pekerja yang masih tergolong lemah, PHK sepihak, undang-undang yang tidak pro terhadap buruh dan menguntungkan bagi pemodal hasil kongkalikong antara kapitalis dan politisi yang diamini oleh superior, peraturan internal perusahaan yang terkesan merugikan pekerja, bahkan pelecehan hingga tak lama kita pernah jumpai adanya sistem kerja Romusa yang justru dilakukan oleh kepercayaan rakyatnya sendiri, yang seharusnya buruh tidak dikonotasikan sebagai pekerja rendahan dan sebagainnya, ia memiliki peranan fundamental untuk kemajuan suatu negara.

Kita sebagai kalangan yang disebut kaum intelek diwajibkan melek dan pandai membaca terkait permasalahan lingkungan sekitar, bahkan berkat kemajuan Era Digital ini segala informasi amat mudah didapat. Bayangkan berapa banyak kaum intelek yang menyandang agent of change yang setiap hari menggenggam smartphone-nya, dan berapa banyak pula media yang memberikan informasi ke smartphone-nya. Namun cukup disayangkan, sebab notifikasi dari pasangan lebih diutamakan. Kita bisa saja melakukan dengan hal terkecil saja dengan cara mendengarkan lingkungan sekitar terutama orang tua, saudara maupun kerabat-kerabat yang menjadi buruh, yang bilamana keluhan-keluhan kecil itu lambat laun akan menumpuk dan membesar, melakukan sosialisasi serta wawasan cara pengaduan ke Disnaker, memberikan bantuan hukum yang relevan terkait masalah yang didapat.

Mahasiswa sebagai moral force tentu memiliki karakter yang baik karena tingkat intelektual yang dimiliki, dengan pemahaman tentang perannya sebagai moral force, mahasiswa akan memberikan perannya yang terbaik untuk lingkungan sekitar. Di Era digital dengan smartphone-nya cukup membantu kaum intelektual tidak hanya memberikan kritikan-kritikan yang tak berujung, kita juga wajib memberikan jembatan-jembatan suara para pekerja dan memberikan solusi-solusi yang bijak, sebab mahasiswa memiliki power. Bayangkan, berapa banyak mahasiswa bila kita akumulasikan, mereka semua memberikan gebrakan-gebrakan baru terkait menyikapi persoalan di sekitarnya.